EKOSISTEM MANGROVE
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pesisir merupakan wilayah perbatasan antara
daratan dan lautan, oleh karena itu wilayah ini dipengaruhi oleh proses-proses yang
ada di darat maupun yang ada di laut. Wilayah demikian disebut sebagai ekoton,
yaitu daerah transisi yang sangat tajam antara dua atau lebih komunitas (Odum,
1983 dalam Kaswadji, 2001). Sebagai daerah transisi, ekoton dihuni oleh
organisme yang berasal dari kedua komunitas
tersebut, yang secara berangsur-angsur menghilang dan diganti oleh
spesies lain yang merupakan ciri ekoton, dimana seringkali kelimpahannya lebih besar
dari dari komunitas yang mengapitnya.
Sebagai salah satu ekosistem
pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat unik dan
rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis
dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain, pelindung garis pantai,mencegah intrusi air
laut,habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding
ground), tempat asuhan dan pembesaran
(nursery ground), tempat
pemijahan (spawning ground) bagi aneka
biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi
ekonominya antara lain,penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri,
dan penghasil bibit.Sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya dengan
mengintervensi ekosistem mangrove.
Hal ini dapat dilihat dari
adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi
tambak, pemukiman, industri, dan sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat
untuk berbagai keperluan.Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem
mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan
ekosistem mangrove, yang dalam jangka panjang akan
mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem
pesisir umumnya.
Makalah ini tidak membahas semua masalah mengenai
tentang ekosistem tapi lebih kepada
masalah ekosistem mangrove,antara lain yaitu mengenai strategi dan pengelolaan mangrove.Hubungan
antar ekosistem pesisir dibahas secara singkat karna diperlukan
untuk memperjelas keberadaan ekosistem mangrove.
B.RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan
masalah pada makalah ini sesuai dengan latar belakang diatas,yaitu rumusan
masalahnya antara lain sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan eksistem magrov?
2.
Bagaimana pengelolaan ekoistem magrove
3.
Bagaimana strategi untuk meletarikan ekosistem
magrove?
Berdasarkan rumusan
diatas maka batasan makalah ini meliputi antara lain:
1. Pengertian
ekosistem magrove
2. Pengelolaan
ekosistem magrove
3. Strategi-strategi
untuk melestarikan ekosistem magrove
4. Manfaat ekosistem
magrove
5. Hubungan ekosistem
magrove dengan ekosistem lain
C.TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan
ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui
apa yang maksud dengan ekosistem
2. Untuk mengetahui
bagaimana pengelolaan ekosistem magrove
3. Untuk mengetahui
strategi melestarikan ekosistem magrove
4. Untuk mengetahui
manfaat dari ekosistem magrove
5. Untuk mengetahui
hubungan ekosistem magrove dengan ekosistem lain
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN EKOSISTEM MANGROVE
Kata mangrove mempunyai dua
arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas
atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas
(pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu spesies (Macnae, 1968
dalam Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu, Macnae
menggunakan istilah “mangal” apabila berkaitan dengan komunitas hutan dan
“mangrove” untuk individu tumbuhan. Hutan mangrove
oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau
hutan payau. Namun menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya
kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan
yang ada di mangrove. Ekosistem mangrove adalah
suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan
yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya
dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah
pesisir,terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon
atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000). Dalam
suatu paparan mangrove di suatu daerah tidak harus terdapat semua jenis spesies
mangrove (Hutching and Saenger, 1987 dalam Idawaty, 1999). Formasi hutan mangrove
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekeringan, energi gelombang, kondisi
pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik (Jenning and Bird, 1967 dalam
Idawaty, 1999). Sedangkan IUCN (1993), menyebutkan bahwa komposisi spesies
dan karakteristik hutan mangrove tergantung pada faktor-faktor cuaca, bentuk lahan
pesisir, jarak antar pasang surut air laut, ketersediaan air tawar, dan tipe
tanah.
B.PENGELOLAAN EKOSISTEM
MANGROVE DI INDONESIA
Pengelolaan mangrove di
Indonesia didasarkan atas tiga tahapan utama (isu-isu). Isu-isu tersebut
adalah : isu ekologi dan sosial ekonomi, kelembagaan dan perangkat hukum,serta strategi
dan pelaksanaan rencana.
Isu Ekologi dan Isu Sosial Ekonomi
Isu ekologi meliputi dampak
ekologis intervensi manusia terhadap ekosistem mangrove.Berbagai dampak
kegiatan manusia terhadap ekosistem mangrove harus diidentifikasi,baik yang
telah terjadi maupun yang akan terjadi di kemudian hari. Adapun
isu sosial ekonomi mencakup aspek kebiasaan manusia (terutama masyarakat
sekitar hutan mangrove) dalam memanfaatkan sumberdaya mangrove. Begitu
pula kegiatan industri, tambak, perikanan tangkap, pembuangan limbah, dan sebagainya
di sekitar hutan mangrove harus diidentifikasi dengan baik.
Isu Kelembagaan dan Perangkat Hukum
Di samping lembaga-lembaga
lain, Departemen Pertanian dan Kehutanan, sertaDepartemen Kelautan dan
Perikanan, merupakan lembaga yang sangat berkompeten dalam
pengelolaan mangrove. Koordinasi antar instansi yang terkait dengan pengelolaan
mangrove adalah mendesak untuk dilakukan saat ini. Aspek perangkat
hukum adalah peraturan dan undang-undang yang terkait dengan pengelolaan
mangrove. Sudah cukup banyak undang-undang dan peraturan yang dibuat oleh
pemerintah dan instansi-instansi yang terkait dalam pengelolaan mangrove. Yang diperlukan
sekarang ini adalah penegakan hukum atas pelanggaran terhadap perangkat hukum
tersebut.
C.STRATEGI PELESTARIAN EKOSISTEM MAGROVE DI INDONESIA
Dalam kerangka pengelolaan
dan pelestarian mangrove di
indonesia, terdapat dua konsep utama yang dapat
diterapkan. Kedua konsep tersebut pada dasarnya memberikan legitimasi dan pengertian
bahwa mangrove sangat memerlukan pengelolaan dan perlindungan agar dapat tetap
lestari. Kedua kosep tersebut adalah perlindungan hutan mangrove dan rehabilitasi
hutan mangrove (Bengen, 2001). Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam
rangka perlindungan terhadap keberadaan hutan mangrove adalah dengan menunjuk
suatu kawasan hutan mangrove untuk dijadikan kawasan konservasi, dan sebagai
bentuk sabuk hijau di sepanjang pantai dan tepi sungai. Dalam
konteks di atas, berdasarkan karakteristik lingkungan, manfaat dan fungsinya,
status pengelolaan ekosistem mangrove dengan didasarkan
data Tataguna Hutan Kesepakatan (Santoso, 2000) terdiri atas :
a.
Kawasan
Lindung (hutan, cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman laut,
taman hutan raya, cagar biosfir).
b.
Kawasan
Budidaya (hutan produksi, areal penggunaan lain).
Perlu diingat
di sini bahwa wilayah ekosistem mangrove selain terdapat kawasan hutan
mangrove juga terdapat areal/lahan yang bukan kawasan hutan, biasanya
status hutan ini dikelola oleh masyarakat
(pemilik lahan) yang dipergunakan untuk budidaya perikanan,
pertanian, dan sebagainya. Saat ini dikembangkan suatu
pola pengawasan pengelolaan ekosistem mangrove partisipatif
yang melibatkan masyarakat. Ide ini dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa
masyarakat pesisir yang relatif miskin harus dilibatkan dalam pengelolaan mangrove
dengan cara diberdayakan, baik kemampuannya (ilmu) maupun ekonominya. Pola
pengawasan pengelolaan ekosistem mangrove yang dikembangkan adalah pola partisipatif
meliputi : komponen yang diawasi, sosialisasi dan transparansi kebijakan, institusi
formal yang mengawasi, para pihak yang terlibat dalam pengawasan, mekanisme
pengawasan, serta insentif dan sanksi (Santoso, 2000).
D Manfaat Ekosistem Hutan Mangrove
Sebagaiman telah dijelaskan
pada bagian pendahuluan, ekosistem hutan mangrove bermanfaat
secara ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis dan ekonomis hutan mangrove adalah
(Santoso dan H.W. Arifin, 1998) :
1. Fungsi
ekologis :
a.
pelindung
garis pantai dari abrasi,
b.
mempercepat
perluasan pantai melalui pengendapan,
c.
mencegah
intrusi air laut ke daratan,
d.
tempat
berpijah aneka biota laut,
e.
tempat
berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan serangga,
f.
sebagai
pengatur iklim mikro.
2. Fungsi
ekonomis :
a.
penghasil
keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan makanan,
obat-obatan),
b.
penghasil
keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik,
penyamak kulit, pewarna),
c.
penghasil bibit
ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung,
d.
pariwisata,
penelitian, dan pendidikan.
E Hubungan Ekosistem Mangrove dengan Ekosistem Lainnya
Ekosistem utama di daerah
pesisir adalah ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem
terumbu karang. Menurut Kaswadji (2001), tidak selalu ketiga ekosistem tersebut
dijumpai, namun demikian apabila ketiganya dijumpai maka terdapat keterkaitan
antara ketiganya. Masing-masing ekosistem mempunyai fungsi sendirisendiri.
Ekosistem mangrove merupakan
penghasil detritus, sumber nutrien dan bahan organik
yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Sedangkan ekosistem lamun
berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem
terumbu karang. Selain itu, ekosistem Namun juga berfungsi sebagai penjebak
sedimen (sedimen trap)
sehingga sedimen tersebut tidak mengg anggu kehidupan
terumbu karang. Selanjutnya ekosistem terumbu karang dapat berfungsi sebagai
pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang) dan arus laut. Ekosistem mangrove
juga berperan sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan
(feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery
ground), tempat pemijahan (spawning
ground) bagi organisme
yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang.
Di samping hal-hal tersebut
di atas, ketiga ekosistem tersebut juga menjadi tempat
migrasi atau sekedar berkelana organisme-organisme perairan, dari hutan mangrove
ke padang lamun kemudian ke terumbu karang atau sebaliknya (Kaswadji,2001).
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
1. Ekosistem
mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang unik dan khas yang bernilai
ekologis dan ekonomis.
2. Mengingat
aktivitas manusia dalam pemanfaatan hutan mangrove, maka diperlukan
pengelolaan mangrove yang meliputi aspek perlindungan dan konservasi.
3. Dalam
rangka pengelolaan, dikembangkan suatu pola pengawasan pengelolaan
mangrove yang melibatkan semua unsur masyarakat yang terlibat.
B.SARAN
Penulis berharap
dengan selesainya makalah ini, dapat dijadikan suatu sumber informasi dan suatu
kajian dalam Ilmu Alamiah Dasar (IAD) dan khususnya mengenai tentang kajian
masalah ekosistem magrove. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari pada kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun,atas saran dan kritiknya penulis ucapkan terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar