Senin, 25 November 2013

Sosiologi Perkotaan

MAKNA DAN KEKUASAAN DALAM KONSTRUKSI RUANG KOTA
Konstruksi Kultural Kota Budha Teravadha
            Kontruksi kultural kota budha teravadha terkait langsung dengan masalah agama dimana menurut isaac (1961:12ff) membedakan antara agama yang memandang makna keberadaan manusia sebagai wahyu Tuhan dan agama yang menyakini keberadaan Ordo manusia sebagai hasil ciptaan dunia secara natural.
            Kemudian berbicara masalah mengenai konstruksi kultural kota budha teravadha biasanya bertitik tolak dari dualisme ekspresi sosial yang berbeda-beda (J.P.B de Jong 1977:164-182).Agama budha teravadha bercirikan dualisme etika,bukan dualisme kosmos. Dalam konstruksi kultural kota budha teravadha yang paling menarik adalah posisi seorang raja dimana raja disebut sebagai lokottara dan kadang-kadang raja disebut sebagai dewa bahkan kadang raja disebut sebagai Bodhisatwa,raja juga disebut sebagai pelindung Sangha maka dari itu,ia didirikan biara-biara dan raja tersebut di berikan tanah yang luas.
            Perkotaan pertama yang dirancang dalam konsep ritual budha di bangun di Srilanka,yang menarik adalah bagaimana berubahnya konsep yng telah ada sebelumnya,yaitu konsep kota menurut kasta Brahma,ide-ide tersebut tidak hanya berpengaruh besar terhadap kota-kota Srilanka,tetapi juga di perkotaan Asia Tenggara.
Struktur Ritual di ibukota-ibukota Lama Sri Lanka  
            Ibu kota pertama yang berkuasa diseluruh kota Sri lanka berdiri kira-kira 3000 tahun sebelum masehi,setelah orang dari kasta Arya di selatan india datang menguasai Sri lanka,untuk membangun struktur bangunan-bangunan yang di perlukan sebuah kerajaan,para pendatang dari India ini mengandalkan konsep kota India,perajin India,seniman India dan seterusnya,dan termasuk keluarga dalam istana tersebut keluarga dari daerah selatan India.
            Sebelum kebangkitan agama Budha,para pendeta Brahma adalah para elite dan merekalah yang menyusun konsep yang jelas tentang pemerintahan dan lokasi kota serta bangunan-bangunannya.Gagasan sentralnya adalah konsep tentang vastu dan konsep kesakralan instrinsiknya.Konsep utamanya adalah Mandala dan Brahma atau esensi kosmos berkududukan di pusat kota,tempat-tempat lain yang jauh dari kota adalah tempat para dewa,yang semakin jauh semakin rendah nilainya.kuil utama dan kuil dewa penting terletak dalam kompleks kuil yang luas,jalan merupakan sarana menyebarnya kekuatan kosmos kedalam kerajaan dan merupakan jalur masuknya kehidupan duniawi ke kota kerajaan.Untuk melindungi bangunan yang tinggi kesakralanya dibangunlah dinding dan jalan pemisah yang dimaksudkan jalan istana, dan masyarakat umum dilarang melaluinya.Dalam artian politik dinding ini untuk mendramatisir perbedaan antara elite penguasa yang suci dan rakyat kebanyakan (Wickremeratne 1987:51).

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar