MAKNA
DAN KEKUASAAN DALAM KONSTRUKSI RUANG KOTA
Konstruksi
Kultural Kota Budha Teravadha
Kontruksi
kultural kota budha teravadha terkait langsung dengan masalah agama dimana
menurut isaac (1961:12ff) membedakan antara agama yang memandang makna
keberadaan manusia sebagai wahyu Tuhan dan agama yang menyakini keberadaan Ordo
manusia sebagai hasil ciptaan dunia secara natural.
Kemudian
berbicara masalah mengenai konstruksi kultural kota budha teravadha biasanya
bertitik tolak dari dualisme ekspresi sosial yang berbeda-beda (J.P.B de Jong
1977:164-182).Agama budha teravadha bercirikan dualisme etika,bukan dualisme kosmos.
Dalam konstruksi kultural kota budha teravadha yang paling menarik adalah
posisi seorang raja dimana raja disebut sebagai lokottara dan kadang-kadang
raja disebut sebagai dewa bahkan kadang raja disebut sebagai Bodhisatwa,raja
juga disebut sebagai pelindung Sangha maka dari itu,ia didirikan biara-biara
dan raja tersebut di berikan tanah yang luas.
Perkotaan
pertama yang dirancang dalam konsep ritual budha di bangun di Srilanka,yang
menarik adalah bagaimana berubahnya konsep yng telah ada sebelumnya,yaitu
konsep kota menurut kasta Brahma,ide-ide tersebut tidak hanya berpengaruh besar
terhadap kota-kota Srilanka,tetapi juga di perkotaan Asia Tenggara.
Struktur
Ritual di ibukota-ibukota Lama Sri Lanka
Ibu
kota pertama yang berkuasa diseluruh kota Sri lanka berdiri kira-kira 3000
tahun sebelum masehi,setelah orang dari kasta Arya di selatan india datang
menguasai Sri lanka,untuk membangun struktur bangunan-bangunan yang di perlukan
sebuah kerajaan,para pendatang dari India ini mengandalkan konsep kota
India,perajin India,seniman India dan seterusnya,dan termasuk keluarga dalam
istana tersebut keluarga dari daerah selatan India.
Sebelum
kebangkitan agama Budha,para pendeta Brahma adalah para elite dan merekalah
yang menyusun konsep yang jelas tentang pemerintahan dan lokasi kota serta
bangunan-bangunannya.Gagasan sentralnya adalah konsep tentang vastu dan konsep
kesakralan instrinsiknya.Konsep utamanya adalah Mandala dan Brahma atau esensi
kosmos berkududukan di pusat kota,tempat-tempat lain yang jauh dari kota adalah
tempat para dewa,yang semakin jauh semakin rendah nilainya.kuil utama dan kuil
dewa penting terletak dalam kompleks kuil yang luas,jalan merupakan sarana
menyebarnya kekuatan kosmos kedalam kerajaan dan merupakan jalur masuknya
kehidupan duniawi ke kota kerajaan.Untuk melindungi bangunan yang tinggi
kesakralanya dibangunlah dinding dan jalan pemisah yang dimaksudkan jalan
istana, dan masyarakat umum dilarang melaluinya.Dalam artian politik dinding
ini untuk mendramatisir perbedaan antara elite penguasa yang suci dan rakyat
kebanyakan (Wickremeratne 1987:51).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar